Ballada Kaltim
Hamparan hutan nan hijau adalah lukisan alam
Terbentang dari Utara ke Selatan, Timur hingga Barat
Elok, bagai permadani menyelimuti permukaan bumi
Indah, bagai lukisan terpapar di serambi depan
Tapi, itu masa silam...
Tapi, itu masa lampau
Tapi, itu masa dulu...dulu sekali sebelum tangan-tangan
jahil menjamahmu
Kini hamparan itu telah berganti padang ilalang,
Kini hamparan itu telah menjadi semak belukar,
Kini hamparan itu telah berubah menjadi kubangan maut raksasa
di mana-mana
Sungai dan anak-anak sungaipun telah kehilangan
kebeningannya
Sungai dan anak-anak sungaipun yang mengalir bagai ukiran
dewata telah mendangkal
Sungai dan anak-anak sungaipun nyaris kehilangan makna
Kaltim oh Kaltim
Engkaukah anak perawan di sarang penyamun itu?
Engkaukah serpihan surga yang jatuh ke bumi itu?
Engkaukah gula aren di sekeliling semut-semut hitam itu?
Kemolekanmu adalah berkah yang membawa bencana bagi anak
negri
Liukan dan lambaian keindahanmu
adalah untaian magis tanpa mantra
Engkaupun menari dan berdansa di atas panggung tanpa
berkaca
Engkaupun bersenandung tanpa notasi kearifan masa lalu.
Kini pesta hampir usai,
satu demi satu sinar benderang di tengah laut, di tengah
belantara telah padam
Hanya pijar lampu petromak dari gubuk-gubuk anak negeri yang
tersisa di ladang sepi
Barisan kapal-kapal dan jejeran rakit-rakit di sepanjang
sungaipun telah lama menghilang
Dan kini engkau nyaris jatuh terkulai dalam telanjang
Mahkota dan untaian perhiasan yang membalut setiap inchi
tubuhmu telah sirna satu demi satu
Luruh ditelan keserakahan
Luluh dihempas gelombang zaman kebiadaban
Yang tersisa hanyalah cerita indah masa lalu, kelak.
Samarinda, 30
Agustus 2013.