SELAMAT DATANG di BLOG LUKMAN CENTER 89

SETIA HINGGA AKHIR DALAM KEYAKINAN

Minggu, 18 September 2011

MEMAKNAI TRAGEDI WTC BAGI INDONESIA



Peristiwa serangan gedung kembar World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat (AS) (11/9/2001) yang menewaskan sekitar 3000 orang telah berlalu selama 10 tahun.  Dan hampir sepuluh tahun perburuan terhadap tertuduh tokoh utama dalang peristiwa tersebut Osama Bin Laden baru berhasil dibunuh pasukan Navy Seals Amerika Serikat di Pakistan (2/5/2011), meskipun saya pribadi sangat meragukan hal itu dengan alasan kecuali foto-foto tewasnya yang diduga telah direkayasa mayatnya tidak ditunjukkan ke publik sebagaimana pertunjukan Amerika Serikat terhadap mayat Presiden Irak Saddam Husein setelah dihukum pancung. Saddam Husein dituding Presiden Amerika Serikat waktu itu George Walker Bush sebagai pendukung aksi teror tersebut.
Bagi saya, “pertunjukan” yang menewaskan Osama Bin Laden tidak lebih daripada propaganda untuk memenuhi janji politik Presiden Barrack Obama pada masa kampanye saat mencalonkan dirinya menjadi presiden lalu. Kala itu, Barrack Obama berjanji akan menangkap biang peristiwa 9 September 2001 tersebut. Hal ini penting dilakukan guna mengamankan jalan menuju kursi kepresidenan AS periode berikutnya yang tidak lama lagi.
AS dan sekutunya boleh saja mengklaim kejadian tersebut sebagai aksi teroris, namun saya lebih suka mengatakan bahwa kejadian tersebut merupakan aksi balas dendam sekelompok orang yang menyebut dirinya Al Qaeda, ataupun paling tidak seperti itulah AS dan sekutunya menyebut kelompok itu. Aksi balas dendam tersebut sebagai salah satu bentuk paling ekstrim terhadap kekejaman AS dan sekutunya di berbagai belahan dunia. Baik kekejaman yang dilakukan dengan aksi bersenjata maupun kekejaman secara ekonomi melalui perampasan sumber-sumber ekonomi sebuah negara yang dilakukan dengan mempergunakan kekuatan diplomatiknya. Sebut saja dukungan AS terhadap Israel, keberadaan tentara AS di Arab Saudi, dan sanksi terhadap Irak yang dituduh mengembangkan senjata pemusnah massal sebagai alasan untuk menjatuhkan pemerintahan Saddam Husein namun tidak pernah terbukti sebagai motif serangan ini.


Kejadian tersebut mestinya memberikan pelajaran dan harusnya AS dan sekutunya memahami betapa penderitaan yang dialami warga AS dengan kejadian seketika itu telah dialami oleh begitu banyak Negara dan tentu saja warganya sebagai akibat dari aggresi militer AS dan sekutunya dengan berbagai macam alasan. Intervensi AS baik yang dilakukan secara langsung ataupun yang tidak langsung terhadap Negara-negara yang tidak sepaham dengan kebijakannya hendaknya dikaji ulang, standar ganda yang selama ini dipergunakan AS tentang isu Hak Azasi Manusia (HAM) yang kerap kali digunakan sebagai tameng ataupun pintu masuk untuk mengobok-obok Negara lain yang berdaulat hendaknya dihentikan. Karena kalau hal itu masih terus diterapkan bukan tidak mungkin peristiwa yang lebih mengerikan akan kembali menimpa Negara AS dan sekutunya di kemudian hari.

Kita sepakat tentang apa yang menimpa penghuni gedung menara kembar World Trade Center yang tewas mengenaskan adalah sebuah tindakan yang sangat kejam bagi kemanusiaan, mereka mungkin orang-orang yang tidak terlibat dalam segala tindakan kekejaman AS dan sekutunya di belahan dunia lain. Sangat berdasar bila kita mengutuknya, namun mestinya kutukan itu tidak berhenti hanya sampai di situ. Kita juga mestinya mengutuk segala tindakan kekejaman tentara Zionis Israel terhadap warga Negara Palestina yang didukung oleh AS dan sekutunya yang telah berlangsung puluhan tahun dan telah menewaskan warga Palestina lebih dari pada jumlah warga AS yang tewas dalam tragedi 11 September 2001 tersebut.


Bagi Indonesia, peristiwa yang berlangsung sepuluh tahun silam bisa memberikan banyak pelajaran berharga dalam rangka penguatan kekuatan di dalam negeri dan di luar negeri guna menjamin stabilitas keamanan di dalam negeri. Yang terjadi di dalam negeri AS itu dirancang di luar negeri, hal seperti ini lazim terjadi. Pada kenyataannya hal ini juga memang terjadi di Indonesia di masa lalu dan masa kini. Di masa lalu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diracik di Swedia oleh Hasan Tiro cs. Sementara yang masih terus berlangsung saat ini adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang terus mencari dukungan di senat Amerika Serikat. 

Pelajaran lain yang bisa diambil dari kejadian mengerikan tersebut adalah betapa pentingnya penguatan kekuatan intelijen, sejumlah kasus bom yang terjadi di tanah air bisa jadi barometer kekuatan intelijen Indonesia. Ketika niat untuk menyerang sebuah target sudah muncul dan rencana aksi sudah dipersiapkan, maka hanya dengan ketajaman “penciuman” intelijen yang bisa menggagalkannya. Yang patut dicermati adalah bahwa selamanya penjahat selangkah di depan dari pada aparat keamanan. Dan hal itupun sudah kelihatan di kejadian 11 September 2001 tersebut, malah bisa dikatakan para “pejuang” itu sudah sangat jauh melangkah di depan dibandingkan dengan aparat keamanan AS. Karena selain gedung WTC yang jadi target ada sejumlah sasaran lain seperti gedung Pentagon yang tidak lain merupakan markas pertahanan AS jadi bulan-bulanan mereka, dan tidak ada yang berhasil “mencium” rencana aksi tersebut.  
(Bersambung)….