SELAMAT DATANG di BLOG LUKMAN CENTER 89

SETIA HINGGA AKHIR DALAM KEYAKINAN

Rabu, 31 Agustus 2011

Niccolo Di Bernardo Machiavelli

MENJADI PENGUASA

Konon, nikmatnya menjadi penguasa itu lebih nikmat dari pada saat bersenggama. Entah benar entah salah, namun dari catatan sejarah banyak contoh yang bisa melukiskan dengan jelas bagaimana seseorang berjuang untuk mendapatkan posisi penguasa, bagaimana seorang pemimpin yang mati-matian mempertahankan kekuasaannya. Mereka lupa turun atau tidak mau turun dari tahta kekuasaannya, sehingga tidak sedikit yang mati di tampuk kekuasaan karena dipaksa turun. Bandingkan seberapa banyak orang yang rela mati demi mempertahankan kenikmatan saat bersenggama? Hanya orang bodoh yang akan melakukannya dengah menelan obat kuat dan over dosis kemudian.

Menurut  Niccolo Di Bernardo Machiavelli, (3 May 1469 – 21 June 1527) untuk mendapatkan kekuasaan ada beberapa cara yang bisa ditempuh. Mulai dari mengandalkan nasib mujur (fortune), mengandalkan kemampuan diri sendiri (senjata) sebagai keutamaan (virtue), melalui cara-cara konstitusional (Pemilihan Umum), dan menggunakan cara licik dan kejam.

Mereka yang mengandalkan nasib mujur biasanya karena faktor kekuatan lain yang menempatkannya sebagai penguasa, mereka ditunjuk oleh sebuah kekuatan yang menempatkannya pada posisi penguasa. Namun penguasa seperti ini sesungguhnya hanyalah penguasa boneka karena akan dikendalikan oleh kekuatan yang menempatkannya sebagai penguasa


Penguasa yang mengandalkan kemampuan diri sendiri berjuang melewati rintangan berat, pertempuran yang menimbulkan korban dan pengorbanan lainnya sebelum bisa menduduki posisi sebagai penguasa. Namun, mereka yang memperolah kekuasaan dengan cara ini akan mudah mempertahankan kekuasaannya. Untuk sukses mereka bisa memadukan nasib mujur dan kekuatan senjata. Bagi mereka, nasib mujur adalah kemampuan memamfaatkan peluang. Sebesar apapun peluang yang datang bila tidak diperjuangkan akan sia-sia. Sebaliknya dengan bekal persenjataan sekuat apapun akan cepat padam bila tidak didahului oleh peluang.

Kemujuran dan kemampuan senjata sama bergunanya bagi seorang calon penguasa. Keduanya dapat meredakan kesulitan yang mungkin timbul saat baru berkuasa. Yang menjadi pembeda adalah ketika ingin mempertahankan kekuasan, penguasa yang semakin tidak mengandalkan nasib mujur akan semakin kuat kedudukannya.

Tiga orang penguasa yang mengandalkan kemampuan sendiri sebelum menjadi raja bisa jadi referensi saat ini adalah Romulus di Roma yang berhasil menghimpun pasukan untuk menguasai Kota Roma. Kemudian Cyrus yang bersusah payah mengobarkan semangat pemberontakan rakyat Persia melawan Kerajaan Medes. Dan Theseus harus menghadapi perang berkepanjangan dan melelahkan sebelum berhasil menyatukan Athena dan menjadi raja di sana. Mereka menjadi penguasa yang dicintai rakyatnya karena membawa kemakmuran bagi kerajaan yang dipimpinnya.

Penguasa yang tidak membekali dirinya dengan kekuatan senjata namun berani mengadakan perubahan akan menuai badai. Hanya “nabi” yang bersenjata lengkap yang berhasil menaklukkan, sedang “nabi” yang berjuang tanpa senjata akan memperoleh kekecewaan dan kematian.

Cara lain yang bisa membawa seseorang meraih posisi penguasa adalah melalui dukungan rakyat, hal ini lazim terjadi di Negara Republik. Cara ini diatur dalam undang-undang sehingga disebut kekuasaan konstitusional. Kesuksesan memperoleh kekuasaan ini diperoleh dengan mengandalkan KELIHAIAN menggalang dukungan masyarakat.

Penguasa bisa memperoleh dukungan dari bangsawan dan rakyat. Karena kedudukan dan kepentingan bangsawan berbeda dengan rakyat maka sebelum mencari dukungan seorang calon penguasa harus mengetahui persis karakter kedua golongan ini. Bahaya terbesar bagi penguasa yang mendapat dukungan rakyat adalah bila kekuasaan yang terbatas mulai mereka gunakan secara mutlak.

Cara lain yang bisa digunakan untuk meraih kekuasaan adalah dengan cara licik dan kejam. Dibeberapa Negara di zaman modern hal ini terjadi melalui kudeta kekuasaan. Bagaimana seseorang mampu mengambil alih kekuasaan dengan cara menjatuhkan penguasa yang sedang berkuasa.*****








IR.SOEKARNO


Tokoh kunci perjuangan Indonesia yang membacakan teks proklamasi 17 Agustus 1945 yang didampingi Muhammad Hatta. Ir.Soekarno yang lahir di Blitar 6 Juni 1901 dan wafat 21 Juni 1970. Terkenal sangat dekat dengan rakyatnya, salah satu ajarannya adalah Marhaenisme.
Ini adalah salah satu dasar pemikiran beliau yang membuatnya selalu ingin dekat dengah rakyatnya.
"...Aku ingin bercampur dengan rakyat. Itulah yang menjadi kebiasaanku. Akan tetapi aku tidak dapat lagi berbuat demikian. Sering kali aku merasakan badanku seperti lemas, napasku akan berhenti apa bila aku tidak bisa keluar dan bersatu dengan rakyat jelata yang melahirkanku..."